Rabu, 02 Juli 2008

Sembilan Puluh Sembilan

Rindu ku pada mu wahai kekasih

Tetesan embun di antara hijaunya rerumputan

Keindahan alammu

mengingatakan diriku akan cantiknya wajahnya

99 tetesan embun ku tampung dalam genggaman cintaku

Alam dirimu membuta ketenangan dalam diriku

Kan Ku sapa dirimu

Dengan sapa Cinta dan rindu Ku

Rindu Kekasih

Oleh: Achmad Fauzi Amsar, SHI

Hari ini penuh rindu

Rindu yang begitu menggebu

Rindu padama-mu 

Wahai kasih-ku

Jika waktu ada selalu

Esok waktu rindu 

Akan ku genggam selalu..

Sang Maha Agung

Allah maha pemberi Cahaya

Kepada sang Langit dan Bumi

Perumpamaan Cahaya Allah

Adalah seperti sebuah lubang 

yang tak tembus

yang didalamnya ada pelita besar

Pelita itu ada didalam kaca

Dan kaca itu seakan-akan seperti mutiara....

Bidadari Cinta

Keagungan Cinta Ku 

Takkan Pernah terhapus

Dari hati yang sudah terpatri

Oleh cantiknya wajah-mu

Indahnya akhlak-mu

Lembutnya Ksih sayang-mu

Wahai Bidadari-ku....

Mafkanlah diri-ku

Cengkraman Cinta

Khalily innal hubba min a'dhamil balwa

Walakinnahu laisal adzabu liman yahwa thawil

Wahai kekasihku 

Sesungguhnya cinta itu sebesar cengkraman

Namun Allah tidak akan menyiksa orang yang mati karena jatuh cinta

Warna Kedamaian

Oleh : Achmad Fauzi Amsar, SHI

Biarlah ia pergi

Tenggelam kedasar Lautan

Berpadu dengan indahnya mutiara

Memberikan warna kedamaian

bersinar, berpadu dalam cita dan rasa

(Pare, 27 Juni 2008 Pukul 07.51)

Senin, 16 Juni 2008

GELAPNYA MALAM

Oleh: Achmad Fauzi Amsar, SHI
Bintang bercahaya
Kerlap-kerlip tanpa henti
Rembulan memancarkan sinarnya
Menerangi gelapnya malam
Angin berdesir kencang
Pohon-pohon, rerumputan
Seirama larut dalam derasnya angin malam
Nadi kehidupan seakan terhenti tanpa daya
Sampai kapankah kegelapan melanda kehidupan malam ini?

Pare, 16 Juni 2008 (Pukul 18.45)